Semiotika Tzvetan Todorov

Sekurang-kurangnya, dalam pembacaan dan pencarian saya, dapat saya katakan bahwa Tzvetan Todorov bukanlah tokoh yang familiar dalam kancah analisis semiotika (komunikasi) Indonesia. Tidak banyak penulis artikel atau pengkaji semiotika (komunikasi) yang menggunakan semiotika Todorov sebagai pisau analisisnya.

Di kalangan penggelut semiotika komunikasi, Todorov tak populer, bila dibandingkan dengan Ferdinand de Saussure, Roland Barthes, dan Charles Sanders Peirce. Kalau Anda mencari penelitian semiotika komunikasi dengan pendekatan tiga tokoh ini, maka banyak referensi yang bisa Anda temukan. Sementara kalau mencari semiotika Todorov dalam kajian-kajian ilmu komunikasi, tak banyak yang tersedia.

Saya sendiri pun tak mengenal pemikir semiotika yang satu ini, sebelumnya. Saya tahu namanya ketika seorang mahasiswi dari universitas yang berada di sekitar Tangerang Selatan, menghubungi saya via pesan di akun TikTok yang saya kelola, @dunia.dosen. Lewat pesan itu ia minta dibantu untuk memahami semiotika Todorov. Saya pun bertanya dalam hati, siapa takoh semiotika ini? Sejauh saya ingat, saya belum pernah membaca pendekatan semioikanya, atau paling kurang penelitian komunikasi yang menggunakan semiotika Todorov.

Setelah ngobrol-ngobrol ternyata pendekatan semiotika Todorov lebih lazim digunakan dalam penelitian sastra. Pantas saja, di lingkup komunikasi saya jarang jumpa namanya. Tapi tak masalah. Saya kemudian mencari referensi, yang tentu saja cukup terbatas yang tersedia dalam bahasa Indonesia, untuk mendalami semiotika Todorov. Tulisan yang Anda baca ini adalah hasil pembacaan saya atas semiotika Todorov, yang saya sarikan dari jurnal dan artikel lepas.

Biografi Todorov

Tzvetan Todorov lahir di Sofia, Bulgaria, pada 1 Maret 1939. Ia memiliki darah Bulgaria dan Prancis. Gelar M.A di bidang filologi ia peroleh dari Universitas Sofia pada 1963. Lalu, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Paris untuk menyelesaikan pendidikan doktorat de troisième (setara dengan Ph.D.) pada 1966, dan meraih gelar doktorat ès lettres pada 1970.

Todorov datang dari keluarga terpandang di Bulgaria. Ayahnya, Todor Borov adalah seorang ahli bahasa dan intelektual Bulgaria yang terkenal pada awal abad ke-20. Saudaranya, Ivan Todorov, adalah ahli matematika dan fisikawan teoretis Bulgaria.

Todorov menikah dua kali. Istri pertamanya adalah Martine van Woerkens, seorang cendekiawan. Dari pernikahan ini mereka memiliki seorang anak laki-laki, diberi nama Boris. Setelah pisah dengan istri pertamanya, ia menikah lagi dengan istri keduanya, Nancy Huston, seorang Canadian-Prancis, penulis novel dan esai. Pernikahan keduanya ini dikaruniai dua anak yakni seorang perempuan, diberi nama Lea dan seorang laki-laki, diberi nama Sacha. Todorov meninggal di Paris pada 7 Februari 2017, di usia 77 tahun. Putranya Sacha, menjelaskan kalau ayahnya meninggal karena menderita atrofi sistem ganda atau kelainan otak progresif (Shewel Chan, The New York Times).

Nama Tzvetan Todorov melambung di kalangan para akademisi sastra, setelah ia menelurkan sebuah karya yang sangat populer, Introduction à la littérature fantastique pada 1970. Selain itu, ia juga menghasilkan banyak karya seputar sastra. Disebutkan, ia menulis sedikitnya 39 buku. Ia juga menulis tema filsafat, salah satunya adalah Frail Happiness yang berisi pandangannya tentang pendapat Jean-Jacques Rousseau. Ia menanggapi gagasan Rousseau yang membahas tentang bagaimana manusia mencapai kebahagiaan dan bagaimana manusia dapat hidup di zaman modern.

Semasa hidup, Todorov pernah menjabat sebagai direktur penelitian di French Centre National de la Recherche Scientifique pada 1968. Pada 1970, ia ikut mendirikan jurnal Poétique, di mana ia menjadi salah satu editor hingga 1979. Dengan kritikus sastra strukturalis Gérard Genette, ia menjadi editor untuk Collection Poétique, serangkaian buku tentang teori sastra yang diterbitkan oleh Éditions de Seuil, hingga 1987. Todorov juga jadi profesor tamu di beberapa universitas di AS, seperti Harvard University, Yale University, Columbia University, dan University of California, Berkeley.

Semiotika Todorov

Tzvetan Todorov membangun teori semiotikanya dalam tiga aspek. Yang lain menyebutnya sebagai tiga tingkatan. Namun, di sini saya menyebutnya tiga aspek agar seiring dengan terapan penelitian nantinya. Ketiga aspek tersebut adalah aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek verbal.

Hal ini dapat kita temukan dalam buku Qu’est-ce que le Structuralisme 2. Poetique, yang diterjemahkan oleh Okke K.S. Zaimar, Absanti D., dan Talha Bachmid dengan judul “Tata Sastra”. Buku kecil ini diterbitkan dalam rangka Indonesian Linguistics Development Project, sebuah proyek kerja sama antara Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia dan Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Asia Tenggara dan Oceania, Universitas Negeri Leiden, Belanda.

Aspek Sintaksis

Merujuk buku karya Okke Kusuma Sumantri Zaimar berjudul Semiotika dalam Analisis Karya Sastra, aspek sintaksis dalam semiotika Todorov disebut juga sebagai aspek sintagmatik atau dalam istilah khas Todorov disebut in praesentia. Aspek ini menjelaskan hubungan antara unsur-unsur yang hadir bersama. Unsur-unsur tersebut hadir dalam teks secara bersamaan atau berdampingan.

Aspek sintaksis ini mengkaji alur cerita atau pengaluran yang umumnya terdiri dari peristiwa-peristiwa yang hadir secara bersama, berdampingan, atau pun berurutan. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dikelompokkan dalam sekuen-sekuen. Sekuen sendiri artinya urutan kejadian atau peristiwa dalam sebuah cerita.

Aspek Semantik

Aspek semantik disebut juga dengan istilah aspek paradigmatik, yang dalam bahasa Todorov disebut in absentia. Yang dikaji dalam aspek ini adalah hubungan antara unsur-unsur yang hadir dan unsur-unsur yang tidak hadir. Unsur-unsur yang tidak hadir tersebut adalah unsur- unsur yang hadir dan hidup di dalam pikiran kolektif pembaca teks. Atau dalam bahasa semiotika umum dikenal juga sebagai makna di balik peristiwa atau makna di balik tanda.

Aspek semantik ini mengkaji tokoh, tema, latar tempat, dan latar waktu. Jadi, jika Anda membuat kajian semiotika karya sastra, misalnya sebuah cerpen, maka aspek semantik ini dapat Anda gunakan untuk menganalisa tokoh, tempat, dan latar tempat dan waktu dari karya sastra yang Anda teliti. Demikian pun ketika Anda hendak meneliti karya-karya sastra yang lain.

Aspek Verbal

Aspek ketiga dalam semiotika Todorov adalah aspek verbal. Aspek ini mengkaji hubungan komunikasi yang terjadi, yakni hubungan komunikasi antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya (Teeuw, 1984: 11-12).

Jadi, pada bagian ini Anda menganalisa komunikasi antartokoh dalam cerita. Umumnya, ada dua unsur yang perlu dikaji dalam aspek ini yakni sudut pandang pencerita dalam menyampaikan cerita dan pengujaran yakni promina (kata ganti) yang digunakan oleh pencerita. Misalnya, promina tunggal atau jamak.

Kemiripan dengan Roland Barthes

Shewel Chan dalam artikelnya yang berjudul “Tzvetan Todorov, Literary Theorist and Historian of Evil, Dies at 77”, diterbitkan di The New York Times pada 7 Februari 2017, menyebutkan bahwa Todorov adalah murid Roland Barthes. Dari penjelasan singkat ini, saya lalu mengasumsikan bahwa semiotika Todorov banyak dipengaruhi oleh semiotika Barthes. Ada sejumlah indikator yang menuntun saya untuk berasumsi demikian.

Pertama, Barthes membagi pendekatan semiotikanya ke dalam dua tataran pemaknaan tanda. Sementara pada Todorov menggunakan istilah tiga aspek atau tiga tingkatan pemaknaan terhadap teks (tanda). Kedua, dalam Barthes pemaknaan tingkat pertama disebut pemaknaan denotasi, merujuk pada semiotika Ferdinand de Saussure, yang juga banyak mempengaruhi Barthes awal. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya, yang tampak. Ini memiliki kemiripan dengan aspek sintaksis atau in praesentia-nya Todorov.

Ketiga, Barthes kemudian melanjutkan pemaknaan tandanya ke tataran kedua, yang ia namai pemaknaan konotasi atau makna di balik tanda. In asbenstia-nya Todorov punya kemiripan dengan konotasinya Barthes ini, di mana sama-sama merujuk pada makna atau unsur yang tidak hadir secara lahiriah dalam tanda.

Keempat, dalam tataran pemaknaan konotasi inilah mitos beroperasi atau dalam istilah Barthes disebut metabahasa. Di sini, tampak ada perbedaan. Pata aspek ketiganya, Todorov menyebutnya aspek verbal, dengan mengkaji sudut pandang dan pengujaran tokoh dalam teks.

Kegunaan Semiotika Todorov

Setelah melihat pemikiran semiotika Todorov ini, pertanyaan lanjutan yang biasa saya temukan, atau yang diajukan melalui akun saya @dunia.dosen adalah semiotika Todorov tersebut bisa digunakan untuk penelitian apa saya?

Seperti yang sudah saya utarakan di awal bahwa semiotika Todorov umumnya (di Indonesia) digunakan dalam penelitian-penelitian semiotika sastra, seperti cerpen, novel, prosa, dan lain-lain. Meski demikian, penelitian film juga bisa menggunakan semiotika Todorov ini, dengan alur analisa seperti yang sudah saya uraikan tadi.

Menutup tulisan singkat ini, saya ingin mengutip pernyataan Tzvetan Todorov saat ia dianugerahi Asturias Award untuk Ilmu Sosial pada 2018. Pernyataan tersebut ia sampaikan di Plasencia, Spanyol, 18 Juni 2008 (Fundacion Princesa de Asturias).

“Saya dengan tulus merasa terhormat atas pengakuan ini. Suatu kebetulan yang luar biasa juga, saya dianugerahi penghargaan ini tepat ketika saya berada di Spanyol. Saya merasa tersentuh untuk diakui dengan penghargaan Eropa dari Rumah Tangga Kerajaan Spanyol ini. Sebab, ketika saya di sini, di Spanyol, saya dianggap orang Prancis. Dan ketika saya di Prancis saya dianggap orang Bulgaria. Bagi seseorang seperti saya, yang mencintai Eropa, penghargaan ini membuat saya merasa sangat tersentuh secara mendalam”.

Referensi

  1. Chan, Shewel, “Tzvetan Todorov, Literary Theorist and Historian of Evil, Dies at 77”, The New York Times. https://www.nytimes.com/2017/02/07/world/europe/tzvetan-todorov-dead.html. Diakses pada 1 Desember 2023, pukul 01.20 WIB.
  2. Fundacion Princesa de Asturias. Tzvetan Todorof Prince of Asturias Award for Social Sciences 2008.https://www.fpa.es/en/princess-of-asturias-awards/laureates/2008-tzvetan-todorov.html?texto=declaracion&especifica=0. Diakses pada 1 Desember 2023, pukul 1724 WIB.
  3. Teeuw, A..1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
  4. Todorov, T. (1985). Tata Sastra (Okke K.S. Zaimar, Absanti D., dan Talha Bachmid, Penerjemah). Jakarta: Djambatan. (Karya asli diterbitkan pada 1968).
  5. Zaimar, Okke Kusuma S. 2014. Semiotika dalam Analisis Karya Sastra. Jakarta: Komodo Books.

*Ditulis oleh Stefanus Poto Elu, S.S, M.I.Kom, Dosen Ilmu Komunikasi pada Fakultas FISIP Universitas Bung Karno. Alumnus Universitas Mercu Buana Jakarta dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *