Sastra Ingris Universitas Negeri Medan
Bimbingan Sama Anak Sastra Inggris
Konsultasi

1 Feburuari 2024, awal bulan yang cukup menarik. Hari ini saya kedatangan seorang mahasiswi Sastra Inggris dari Universitas Negeri Medan.

Seingat saya, mahasiswa sastra yang menghubungi saya untuk berdiskusi soal semiotika baru dua orang. Yang pertama dari Sastra Indonesia, dan sekarang Sastra Inggris.

Ada juga yang menghubungi saya dari Fakultas Pendidikan Keguruan Bahasa Indonesia. Ya, saya ingat teman itu dari Malang, Jawa Timur. Kami banyak berdiskusi juga tentang semiotika.

Dan hari ini, saya berdiskusi dengan anak dari Sastra Inggris. Awalnya, dia bingung. Di rumusan masalahnya, dia mengajukan tiga pertanyaan.

Nah, kemudian ia mencoba untuk menggunakan pandangan semiotika yang berbeda-beda untuk tiga pertanyaan itu.

Jujur, ini penelitian yang lumayan berat. Agak jarang orang melakukan satu penelitian dengan tiga tokoh semiotika sekaligus.

Kalau metode penelitian yang mix antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, memang ada, meski cukup jarang.

Tapi kalau mix tokoh semiotika, rasa-rasanya saya belum pernah membaca jurnal Indonesia atau skripsi yang demikian. Mungkin ada, tapi jujur saya belum pernah ketemu.

Setelah ngobrol cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan satu tokoh saja. Dan pilihan jatuh kepada Semiotika Roland Barthes.

Teman-teman, bukannya saya selalu menganjurkan atau mendorong mereka yang berdiskusi dengan saya untuk selalu menggunakan Roland Barthes.

Tesis saya memang ngomong soal Semiotika Barthes. Tapi saya selalu menganjurkan untuk mahasiswa/mahasiswi memilih sendiri. Juga, tentu saja mempertimbangkan objek penelitiannya.

Kalau memang Barthes cocok, silakan dipakai. Tapi kalau dirasa tokoh lain lebih pas, ya silakan.

Jadi, gimana menurutmu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *