Anies-Baswedan
Menuju 2024: Anies Baswedan sudah Memenangkan Langkah Awal
Catatan Pinggir

Seminggu terakhir, media sosial kita ramai oleh pemberitaan Anies Baswedan menyelesaikan tugasnya di DKI Jakarta dan pernyataan terbuka Partai Nasdem mendukungnya maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.Nama Anies Baswedan tetiba ramai diperbicangkan dimana sarat dengan empati dan sumpah, penuh dengan dukungan dan penolakan. Pro dan kontra bebas tersebar di berbagai kanal media sosial. Suka tidak suka, banyak atau sedikit, pengguna media sosial dihadapkan dengan dua isu tersebut.

Sebagai Gubernur DKI Jakarta, para pendukung militannya mengkalim, Anies sudah menuntaskan tugas dan tanggung jawabnya di DKI Jakarta dengan bagus dan unggul. Selanjutnya, keberhasilan Anies menangani DKI Jakarta, kata mereka, bisa dijadikan acuan untuk memberinya tanggung jawab menangani Indonesia.

Apalagi, isu mengenai kesediaan Anies Baswedan menjadi calon Presiden sudah lama berembus. Meski Pilpres baru akan dihelat kurang lebih dua tahun lagi, suara-suara Anies layak jadi presiden sudah lama bergema di tengah masyarakat. Gema itu makin meluas tatkala Anies memilih pasif terhadap isu tersebut. Anies memang mengambil strategi diam. Tidak menampik atau mengiyakan.

Rupanya itu adalah strategi jitu. Begitu Anies dinyatakan selesai dari jabatan sebagai gubernur, Partai Nasdem langsung mengumumkan Anies Baswedan sebagai nama yang akan mereka ajukan sebagai calon Presiden RI.

Politik Cek Ombak

Partai Nasdem paham betul bagaimana mengukur dinamika politik Indonesia. Mereka perlu mengetengahkan sebuah isu agar bisa mengukur gerak politik dan dinamika sosial di Indonesia. Anies Baswedan yang sudah punya basis massa sekurang-kurangnya di Jakarta, dimanfaatkan sebagai cek ombak.

Kita tahu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sudah lama digadang-gadang sebagai penerus pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi. Selain sesama “Wong Jowo”, sepak terjang Ganjar di Jawa Tengah disinyalir bisa diandalkan untuk menahkodai Indonesia lima tahun ke depan, pasca Jokowi. Namun, isu tersebut terdistorsi oleh sikap belum bersedianya PDI Perjuangan memberi dukungan untuk Ganjar pada Pilpres 2024. Bahkan nama Puan Maharani sebagai “putri mahkota” sang Ketua Umum PDI Perjuangan juga tidak kalah kuat sebagai saingan internal.

Sementara Prabowo Subianto sebagai orang nomor satu Partai Gerindra belum bisa banyak bergerak lantaran masih jadi bagian penting dari Kabinet Jokowi saat ini. Pilihannya untuk melakukan manuver politik sejak awal, tidak memungkinkan.

Karena aneka kondisi inilah, Partai Nasdem berdiri paling depan sebagai motor utama gerak politik sekarang. Sebagai langkah awal, baik Nasdem dan Anies sudah memenangkan isu politik saat ini. Merka tinggal mengarahkan dan merancang langkah-langkah selanjutnya.

Sebab, bagi Nasdem, mengumumkan nama Anies Baswedan sebagai calon Presiden 2024 adalah momentum untuk mengetahui apakah Anies bisa diandalkan dalam laga sesungguhnya atau tidak. Apakah popuplaritas Anies bisa diandalkan atau tidak. Dan ujung dari cek ombak ini adalah kian mengekspansikan citra bahwa Anies adalah pemimpin masa depan Indonesia.

Tugas Anies

Partai Nasdem secara terbuka sudah menyatakan sikap. Dengan demikian, mau tidak mau gerak politik saat ini ada di genggaman Nasdem. Partai pimpinan Surya Paloh itu akan memaksimalkan hasil cek ombak tersebut untuk meracik strategi marketing politik yang pas dan cocok. Paling tidak mereka tinggal membebani dan meningkatkan; tidak harus mulai dari nol.

Sementara bagi Anies, publikasi namanya ini dapat menjadi motivasi untuk terus bermanuver guna mendapatkan dukungan. Kita lihat, hanya dalam beberapa hari saja deklarasi dukungan untuk Anies bermunculan dari berbagai pojok tanah air. Di media sosial, atau dalam ilmu komunikasi politik dikategorikan sebagai media baru, nama Anies berulang trending di kanal twitter.

Di kanal TikTok dan YouTube, terbaca dengan jelas mana pro Anies dan mana yang kontra. Apapun intensinya, paling tidak ingatan komunal akan nama Anies mendominasi masyarakat kita seminggu terakhir. Bisa jadi ini akan kian mendongkrak popularitas Anies. Meskipun, di seberang partai muda seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sudah menyatakan sikap untuk mengusung nama Ganjar Pranowo, namun itu tak bisa ditakar sebagai lawan kuat untuk popularitas Anies sekarang. Mengingat, Ganjar bukan kader PSI, sementara PDI Perjuangan masih juga bungkam. Anies dan tentu saja Nasdem bagai kapal yang sedang berlayar sendirian di tengah lautan pemilih Indonesia.

Momentum ini akan dimaksimalkan oleh Anies dan Nasdem untuk meyakinkan sebanyak-banyaknya pemilih. Agar nantinya, bila kampanye Calon Presiden benar-benar dimulai, atau sampai partai-partai lain menentukan calon, popularitas Anies sudah mapan. Apapun hasilnya, menurut hemat saya, Anies dan Nasdem sudah memenangkan langkah awal dalam menabuh genderang politik Indonesia saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *